Made In Bali
Suatu ketika saya kenal seorang teman bernama Made,nama Made tak lagi asing di telinga kita.
Made berasal dari Bali, sebuah Pulau dengan seribu Pura, sorganya bagi para wisatawan dan saya berharap Bali bisa kemBali seperti dulu dimana senyuman bertebaran, damai, serta bersih dari sampah dan tidak ada macet apalagi kriminallitas.. keluh Made kepada saya saat kami bertemu disebuah pantai di Kuta.
kini kami sudah beranjak dewasa, bukan lagi anak ingusan yang selalu diam melihat Bali terkikis oleh kaum mayoritas dinegeri ini.
meskipun kami kaum minoritas setidaknya keberadaan kami dinegeri ini tidak merusak moral bangsa..
ah terlalu serius tulisanku ini mudah-mudahan tidak seperti bang roma, yang fanatik akan Ras suatu Cagub dan Cawagub suatu kota di Endonesia.
yaah... sebuah keluhan yang tak pernah direspond oleh aparat..
Bali yang mayoritas Hindu..iya Agama saya dan Made adalah Hindu
sering merasa sakit hati kalau ada yang menghina dan melecehkan Agama kami..
setiap hari raya kami di hina..
adakah yang peduli dengan itu semua??
tentu jawabannya tidak.
kenapa tidak? karena kami minoritas/
iya kami memang minoritas di negara Endonesa ini
namum kami cinta kan kedamain, saling menghormati dengan sesama..
beda dengan mereka yang mayoritas.. semua dibilang jelek oleh mereka..hanya mereka yang paling baik, termasuk menjadi teroris pun dibilang sebagai pahlawan dimata mereka.. lady gaga haram, tapi dangdut sampai bugil ?? you know lah siapa mereka. segerombolan muanfikers sejati.
coleteh saya dan made semakin ngelantur
tak terasa sudah pukul 11 mLm
kami putuskan untuk membeli makan diwarung dekat grend zero, yaitu sebuah tempat dimana dibangun sebuah monument dibekas para pahlawan kaum mayoritas meledakkan Bumi Bali tercinta..
menu sederhana cuma nasi jinggo..yah sederhana tapi banyak cerita
pedagangnya penduduk lokal yang sudah puluhan tahun berjualan disini
telinganya cuma sisa satu, jari tangan sisanya cuma 6, jari kaki lengkap..
setiap ada pembeli baru.. si pedagang pun bercerita saat kejadian Bom Bali itu
sambil menikmati nasi segumpal itu kami mendengarkan cerita si pedagang itu..
dan kami tau kenapa beberapa bagian tubuh si pedagang tidak ada pada tempatnya..'
dibalik kesedihannya dia msih bisa tertawa dan berkata “aget sing teras tiang pegat" untung tidak kepala saya yang putus,
itulah orang Bali, selalu merasa “aget”(beruntung) hahaha
perut kenyang hati pun senang..
beranjak dari tempat itu kami menuju sebuah club malam..
club malam yang ramai akan bule setangah mabuk didampingi para wanita berlogat medok
mereka mencaci Bali dari seberang lautan tapi heran setiap tahun mereka datang untuk mencari makan di Pulau yang mereka juluki Pulau maksiat
lucu dan tragis kerena terbalut akan kemunafikan
jadi penceramah agama mengajarkan yang baik, salah satunya dengan beristri banyak.. karena menikah itu ibdah..istri banyak itu poligami bukan ibdah
kami pun tertawa sambil meneguk si jhonie walker
lelaah sudah seharian bersama, kami menuju sebuah hotel
iya hotel...
hotel milik ayah si Made
tentu bukan untuk menginap tapi untuk memejamkan mata secara gratis..
3 jam kami terlelap..pagi pun tiba.. saya dan made pun berpisah
berharap suatu saat kami bisa menjadi orang yang bisa menyelamatkan Bali, iya tentu nya tidak hanya kami berdua, tapi kalian yang masih Cinta akan Bali juga harus ikut menjaga Bali
jaga Budaya Bali, karena itu yang membuat Bali dihormati dimanca negara..jangan selalu tunduk dengan para tamu...kalau mereka tidak sopan.. kick saja ass nya hahaha
saya Made..menulis cerita tentang Made karena kami berdua adalah Made in Bali..
Komentar
Posting Komentar