My Beloved Besan Village


Desa Pakraman Besan merupakan desa tempat saya dibesarkan dan di didik menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa. Desa Besan merupakan salah satu desa pakraman yang ada di Kecamatan Dawan, Klungkung. Luas wilayahnya mencapai 560 hektar. Sebagian besar berupa lahan tegalan dan perkebunan. Selebihnya, tanah pekarangan, kuburan yang sangat bersih dan dan tempat angker lainnya yang sangat nyaman. Desa pakraman yang dihuni sekitar 700 kepala keluarga dari tiga banjar itu (Banjar Kanginan, Kawan dan Banjar Klodan), tidak memiliki lahan persawahan. Kalaupun warga setempat memiliki sawah dan berprofesi sebagai petani, lahan persawahan mereka berada di wilayah Subak Kusamba dan Dawan. Selain mengandalkan pertanian, potensi apa lagi yang dimiliki Desa Pakraman Besan?

SECARA geografis, Desa Pakraman Besan terletak di daerah kemiringan yang luasnya mencapai 100 hektar. Selebihnya, daerah datar. Di daerah kemiringan, kebanyakan ditumbuhi pohon lokal seperti kemiri dan kepayang (pangi). Jumlah pohonnya mencapai ribuan. Kedua jenis pohon ini sangat potensial sebagai sumber pendapatan masyarakat. Pohon kepayang (pangi) berpotensi sebagai bahan pembuatan kecap manis. Sedangkan kemiri, bagus untuk bahan baku minyak dan rempah-rempah. Sementara itu, di daerah datar, tumbuh subur beragam tumbuhan/tanaman seperti manggis, mangga, duren, wani, palawija dan kelapa. Namun, keberadaannya dari tahun ke tahun terus berkurang. Saat ini jumlah tanaman tersebut terbilang sedikit karena sudah banyak yang mati. Kecuali kelapa. Pohon jenis ini merupakan potensi paling besar di daerah datar, namun sangat dibanggakan sampai saat ini besan belum memeliki pohon ganja dan pohon pohon lainya yang dapat merusak mental Bangsa Indonesia

Sari kelapa ini sangat bagus untuk bahan dasar pembuatan gula merah. Juga bisa dijual dalam bentuk buah kelapa. Hasil produksi gula merah maksimum terjadi pada musim hujan. Bahkan pada saat ini, masyarakat setempat terkadang kewalahan memenuhi pesanan.

Luas tanam pohon kelapa mencapai 140,83 hektar dengan produksi mencapai 1.837,51 kuintal. Hanya sayang, potensi tersebut belum tergarap maksimal. Di samping keterbatasan masyarakat dalam hal keterampilan (kemampuan) pengolahan, juga keterbatasan peralatan. Sejauh ini masyarakat masih berkutat dengan sistem tradisional. Mulai pemetikan sari kelapa (tuak) yang dijadikan bahan dasar, hingga proses pembakaran/perapian yang masih menggunakan kayu bakar. Pengolahannya masih dilakukan secara home industry (industri rumahan). Industri ini hampir ditekuni semua keluarga di Desa Pakraman Besan.

Kayu bakar juga harganya sangat mahal. Kadang, antara biaya kebutuhan bahan bakar dan biaya pengolahan lainnya tak sebanding dengan hasil. Sepuluh pohon kelapa hanya menghasilkan tiga bungkul (buah) gula yang harganya Rp 10 ribu per buah (menyesuaikan harga pasaran). Sedangkan harga satu ikat kayu bakar sudah mencapai Rp 2.500. Belum lagi saat musim hujan. Kayu bakar sulit ditemukan. Karenanya, sudah dilakukan upaya menjalin kerja sama dengan konsultan untuk penyediaan bahan bakar selain kayu. Penggunaan kayu bakar berlebihan juga dikhawatirkan makin memperparah keberadaan pohon-pohon yang notabene sebagai penyerap air untuk menampung air bawah tanah.

Tenaga yang dibutuhkan untuk menuntaskan pembuatan gula, baik gula merah (gula Bali) maupun gula semut (sisir) juga banyak. Karena tidak cukup seorang ibu saja yang mengerjakan, tetapi semua anggota keluarga. Terutama seorang bapak yang notabene sebagai tukang panjat untuk menuai tuak.

Yang lebih mengkhawatirkan, ketika musim kemarau tiba bukan hanya hasil petikan sari kelapa (tuak) yang sedikit, masyarakat juga harus berebut rezeki dengan nyawan dendeng ai (lebah). Pada musim kemarau, lebah banyak bermunculan. Hinggap di pohon kelapa sekaligus mengisap sarinya, sehingga sari kelapa (tuak) yang berhasil dituai warga sangat sedikit. Itu berpengaruh terhadap hasil produksi gula.

Terkait pohon kemiri dan kepayang, biasanya masyarakat menjual dalam bentuk hasil bijian. Per kilogram harga kemiri di pasaran mencapai Rp 2.000. Sedangkan kepayang (pangi) Rp 3.000 per kilogram. Padahal, kalau masyarakat bisa mengolah biji kedua pohon itu, keuntungan yang mereka peroleh tentu lebih besar.

Selain itu masih banyak lagi potensi Desa Besan yang belum dikembangkan, seperti perbukitan Abah yang dimana masih sangat alami, dan sangat berpotensi sebagai objek wisata, tentunya dalam pengembangannnya harus memperhatikan lingkungan sekitar. Jangan semena-mena melihat keuntungan saja..namun mengesampingkan efeknya kedepan....

Selain terkenal dengan gula merahnya, di Besan juga terdapat tradisi yang sangat unik, yang tentunya tidak dimiliki oleh desa lainya yaitu Mejaga-Jaga, mejaga jaga ini merupakan mengorbankan seekor kerabau disaat pengrupukan yaitu sehari sebelum Nyepi...Pengorbanan kerbau ini diharapakan dapat menetralkan energi negatif yang ada, menjadi energi positive...yang unik dari ritual ini adalah, saat mengorbanan kerbau ini di pukul beramai-ramai menggunakan LIS ( sejenin anyaman dari janur), sadis memang kedengarannya..tapi itulah tradisi...

Yang suka minum alkohol ( tapi usahakan dikurangi), Besan juga memiliki produksi arak yang tak kalah bagus kwalitasnya dengan minuman berakohol lainnya..seperti lagunya Slank Arak Bali emang maknyus...selain arak juga ada Tuak..minuman prementasi dari nira kelapa...tentunya dengan kadar alkohol yang lebih rendah dari arak..Tapi Ingat...Boleh Minum Tapi Tetep jaga Perdamaian. Karena anak Besan Suka Damai...DAMAI itu Indah...

Masyarakat desa Besan juga sangat ramah-ramah, seni berkembang sangat baik di desa ini, kesakralan desa juga terasa disaat baru masuk di wilayah desa ini, jadi jangan meremehkan desa kecil saya ini. Jika sempat berkunjunglah ke desa saya, yaitu Desa Besan yang Indah..

di Bawah Ini adalah Foto-foto sederhana oleh anak-anak Besan tentang sudut-sudut desa Besan.







Komentar

  1. produksi yang mencapai 1.837,51 kuintal itu,, dalam waktu brp lama ya ka?

    BalasHapus
  2. satu musim kurang lebih 120hari

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serombotan Makanan Khas Klungkung

Guru Boleh Telat, Kenapa Siswa Tidak Boleh Telat?

Nyepi dan Secuil Kotorannya yang Perlu di Bersihkan #EarthHour #SaveBALI #SaveWorld